Jumat, 03 Februari 2017

Wisata Pantai Sawarna







Pantai Sawarna berjarak sekitar 150 Km dari Rangkasbitung dan berada di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Sawarna sendiri sebenarnya adalah nama desa tempat dimana pantai tersebut berada.

Ide untuk mengisi liburan di Pantai Sawarna ini datang setelah saya Googling dan membaca banyak informasi tentang keindahan pantai di jajaran Pantai Laut Selatan. Selain itu waktu tempuh menuju pantai ini hampir sama dengan waktu tempuh menuju Pantai Pangandaran, jadi disepakatilah kami sekeluarga akan mengisi libur Harpitnas Maret nanti dengan pergi ke pantai tersebut.

Menurut info yang kami dapat jika libur panjang biasanya pantai ini akan dipenuhi pengunjung dan hal itu berdampak pada harga dan ketersediaan penginapan, oleh karenanya tiga minggu sebelum hari libur tersebut kami sudah memesan kamar untuk menginap dan berdasarkan hasil pencarian maka penginapan yang kita pilih yaitu Penginapan Little Hula-Hula.


Jumat, 25 Maret 2016
Pukul 07.00 WIB. kami memulai perjalanan menuju Pantai Sawarna.... dimulai dari Kawasan Antapani Bandung saya membawa kendaraan dengan kecepatan sedang menuju Tol Pasteur, dilanjut ke jalur Padalarang, Cianjur dan akhirnya tiba pukul 11.30 WIB di Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi.

Untuk menunaikan Sholat Jumat dan beristirahat saya parkirkan kendaraan di kawasan Mesjid Agung Pelabuhanratu, dan setelah sholat kami makan siang di kawasan tersebut.

Selanjutnya pukul 13.30 WIB. kami melanjutkan perjalanan menuju Sawarna, jalur yang kami lalui yaitu jalan yang melewati pantai-pantai wisata di Pelabuhanratu dan dikarenakan kita tidak mengetahui estimasi waktu menuju Sawarna dengan sangat terpaksa kami menolak keinginan anak-anak untuk mampir di pantai sepanjang jalur Pelabuhanratu....

Jalan yang kami lalui selepas pantai di Pelabuhanratu cukup bagus, tetapi kita harus ekstra hati-hati karena kontur jalan yang turun naik dan berkelok-kelok, bahkan di beberapa titik jalan menanjak cukup panjang disertai belokan tajam... Oleh karenanya kondisi kendaraan harus bagus dan keahlian pengemudi pun sangat dibutuhkan.


Setelah masuk didaerah Lebak dan memasuki jalur menuju Desa Sawarna kondisi jalan mulai mengecil dan agak rusak.


Kurang lebih pukul 15.30 WIB. kami tiba di kawasan wisata Desa Sawarna... Selanjutnya kami langsung menuju penginapan yang sudah kita pesan yaitu Penginapan Little Hula-hula.



Penginapan Little Hula-Hula

Ternyata penginapan ini terdiri dari bungalau2 dan bungalau yang akan kita tempati berada tepat di tengah 
diantara bungalau lainnya. Kondisi bungalau tersebut cukup bagus, didalamnya terdapat televisi, air minum galon, AC, kipas angin, kamar mandi dengan shower dan tiga buah kasur tanpa ranjang berukuran 120x200cm dimana diatas kasur terdapat dua buah bantal dan satu buah selimut. Cukup lengkap....

Di penginapan ini kita bisa memarkirkan kendaraan tepat didepan bungalau, selain itu yang tidak kalah menarik dari penginapan ini yaitu adanya saung kecil ditengah penginapan yang bisa  kita pakai untuk bersantai dan dibelakang penginapan yaitu hamparan sawah yang sedang menghijau dimana untuk menuju sawah tersebut kita harus melewati jembatan kecil. 

Harga sewa permalam penginapan tersebut pada waktu libur ini yaitu sebesar lima ratus ribu rupiah dan kami telah memesan untuk dua malam.




Pukul 16.30 WIB. kami mulai mengeksploitasi pantai di depan penginapan, jaraknya kurang lebih 500 meter, kita harus melewati kebun milik penduduk untuk menuju pantai tersebut, akan tetapi ternyata kondisi pantai tersebut kurang menarik karena terhalang oleh sebuah sungai yang bermuara di pantai. Mungkin itu yang menyebabkan pantai ini disebut Pantai Muara.



Kami tidak terlalu lama berada di pantai tersebut karena kami harus merencanakan tujuan untuk besok, oleh karenanya kami kembali ke penginapan dan mencari informasi untuk menuju tempat wisata dikawasan Sawarna ini.

Ternyata untuk mengunjungi objek wisata di kawasan Sawarna ini kita harus menggunakan jasa ojek, hal ini dikarenakan jarak dari satu objek wisata ke objek wisata lainnya cukup jauh, dan jika  memaksakan berjalan kaki mungkin kita hanya bisa mengunjungi 2 sampai 4 objek wisata saja, selain itu tenaga kita pun jadi habis diperjalanan. Oleh karena itu kami memutuskan untuk menyewa 3 ojek, satu untuk Bunda, satu untuk Teteh dan satu lagi untuk Saya bersama Dede. Harga sewa per hari per ojek yaitu seratus lima puluh ribu rupiah.

Selanjutnya, setelah memesan tiga ojek yang akan menjemput kami besok subuh kami pun beristirahat... Hujan turun malam itu mengiringi kami bewisata ke alam mimpi....


Sabtu, 26 Maret 2016
Waktu menunjukan pukul 04.30 WIB. ketika kami terbangun dan bersiap untuk menjelajahi Wisata Desa Sawarna, dan setelah Sholat Subuh kami mulai perjalanan menuju tujuan pertama yaitu melihat matahari terbit dari Pantai Barubeureum/Karang Beureum.

Perjalanan menuju Pantai Barubeureum/Karang Beureum cukup mendebarkan, karena bapak2 pengendara ojek yg membawa kami menjalankan motor dengan kecepatan cukup tinggi, sedangkan jalan yang dilalui yaitu berupa jalan berbatu dan basah setelah tadi malam terkena hujan. Selain itu minimnya penerangan di sepanjang jalan membuat kekhawatiran terjadi sesuatu menjadi semakin besar, apalagi sewaktu kita harus menyebrangi jembatan gantung dalam kondisi gelap.... hmmm.... 😭





Setelah kurang lebih tiga puluh menit perjalanan kami tiba di Pantai Barubeureum/ Karang Beureum. Di tempat tersebut sudah cukup banyak orang yang sedang menikmati keindahan matahari terbit dari bibir pantai, namun sayang dikarenakan cuaca agak mendung momen matahari terbit tidak kita dapatkan dengan sempurna.

Pantai Barubeureum/Karang Beureum ini berupa pantai yang banyak terdapat batu karang berwarna agak kemerah-merahan, mungkin ini yang menyebabkan pantai ini disebut Pantai Barubeureum/Karang Beureum (beureum artinya merah) dan di pantai ini tidak cocok untuk dijadikan tempat berenang, karena selain banyak terdapat batu karang ombaknya juga cukup besar.
 
Pantai Baru Beureum


Selanjutnya kami kembali melanjutkan perjalanan, kali ini yang kami tuju adalah Pantai Karang Taraje. Dari Pantai Barubeureum kami mengendarai motor menuju arah timur melewati Pantai Legon Pari dan berhenti diujung sebelah timur pantai tersebut, selanjutnya berjalan kaki menyusuri sisi pantai untuk menuju jajaran batu karang yang terlihat cukup tinggi yang disebut Pantai Karang Taraje.


Sebelum tiba di Pantai Karang Taraje, kami berjalan melewati tebing dan bebatuan yang bentuk dan warnanya cukup menarik.





Setelah berfoto di bebatuan tersebut kami melanjutkan berjalan menuju Karang Taraje.
Untuk menuju Karang Taraje kita harus menaiki tangga dari kayu karena tinggi batu karang tersebut kurang lebih 10 meter dari bawah dan beruntung pada saat kami datang pantai dalam keadaan surut, sehingga kami bisa naik ke atas Karang Taraje. Jika sedang pasang maka batuan karang taraje sebagian akan terendam air laut dan artinya tidak diperkenankan untuk naik keatas karang tersebut.

Pantai Karang Taraje






Ada kejadian yang cukup mengagetkan terjadi waktu itu..., yaitu sewaktu kami sedang asik berfoto begitu pun dengan orang2 disekitar kami, tiba-tiba datang ombak yang cukup besar, saking besarnya cipratan air sampai keatas karang dimana orang-orang sedang duduk dan berfoto.... yang mengakibatkan tas kecil milik salah seorang wisatawan perempuan yang sedang duduk dipinggir karang terbawa jatuh kelaut.... beruntung wisatawan tersebut segera berpegangan pada karang, sehingga dia tidak ikut tertarik oleh air laut.

Setelah kejadian itu wisatawan tersebut berteriak histeris, mungkin karena kaget dan melihat tasnya terbawa air laut.... Dia mengatakan bahwa didalam tasnya itu ada HP, dompet yang berisi kartu ATM, kartu identitas, uang dan lain-lain. Setelah ditenangkan oleh teman-temannya barulah dia terdiam dan selanjutnya menangis.

Karena kejadian itu juga para wisatawan lainnya mulai beranjak dan tidak berani untuk duduk dan berfoto terlalu pinggir..... dan kami pun segera turun dan kembali ke Pantai Legon Pari, dipantai ini kami dapat berenang dengan aman, karena pantai ini berupa teluk, sehingga ombak datang tidak terlalu besar.

Pantai Legon Pari


Setelah puas berenang di Pantai Legon Pari (sebenarnya DeRiri masih belum mau berhenti berenang...😅 ) kami segera mandi dan membersihkan badan untuk melanjutkan wisata kami ke tempat lainnya yaitu Goa Lalay. Jarak dari Pantai Legon Pari menuju Goa Lalay ini cukup jauh, kami kembali harus melewati jembatan gantung yang menjadi ciri khas pantai di kawasan Desa Sawarna.



Kami tiba di kawasan Goa Lalay kurang lebih pukul 10.30 WIB. dan langsung menuju pos pendaftaran, disana kami dipinjami helm sebagai kelengkapan untuk wisata jelajah goa. Di pos itu juga disediakan lampu senter tetapi kami tidak meminjamnya karena kami sudah membawa head lamp dan senter sendiri.... 😉

Goa Lalay

Untuk wisata jelajah goa ini dibutuhkan pemandu, dan pemandunya adalah salah seorang tukang ojek yang mengantarkan kami berwisata.

Jika dilihat dari luar Goa Lalay ini sepertinya sangat sempit, hal ini dikarenakan jalur masuk goa terlihat kecil dan hanya cukup untuk satu orang saja, akan tetapi setelah melalui pintu masuk ternyata didalam goa sangatlah luas... kita harus berjalan dialiran sungai, tinggi air hanya sampai sebatas betis saja dan kita masuk ke dalam goa dengan melepaskan sendal karena banyak kejadian sendalnya tertinggal dalam lumpur yang dipijak dan sulit untuk diambil kembali.

Kondisi didalam goa sangatlah gelap, jika kita tidak membawa lampu penerangan saya yakin kita tidak akan bisa melihat walaupun untuk melihat jari tangan sendiri.... dan tanah yang kita pijak pada aliran sungai di dalam goa tersebut sangatlah lembut, menurut saya teksturnya agak aneh... menurut Bapak Pemandu tanah lumpur tersebut memang teksturnya seperti itu, mungkin karena campuran lumpur dengan kotoran kelelawar.

Kami berjalan kurang lebih dua puluh menit sampai akhirnya tiba di ujung goa yang berbentuk seperti ruangan yang cukup besar. Sebenarnya masih bisa dilanjutkan lebih dalam, tetapi menurut Bapak Pemandu untuk masuk jauh kedalam goa dibutuhkan peralatan yang lebih lengkap dan lagi untuk wisatawan biasa hanya diperkenankan sampai ruangan itu saja. Selanjutnya kami pun kembali melalui jalur yang sama menuju pintu keluar goa.


 

Setelah dari Goa Lalay kami melanjutkan ke tujuan kami berikutnya yaitu Goa Langir.
Jarak dari Goa Lalay ke Goa Langir cukup jauh, waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan kurang lebih tiga puluh menit.


Goa Langir adalah goa yang terdapat dipinggir pantai... Kita hanya bisa melihat dari luar goa tersebut dan tidak bisa masuk kedalam goa karena sangat sempit. Jadi menurut saya tidak ada yang istimewa dari goa tersebut.

Depan Goa Langir

Goa Seribu Candi berada diatas tebing dekat dengan Goa Langir.
Untuk menuju Goa Seribu Candi kita harus menaiki tangga, dan repotnya tangga tersebut tersusun dari batu dan tanah dimana ketika kita naik kondisinya agak licin karena bekas terkena hujan. Pintu masuk goa cukup besar, akan tetapi kondisinya juga sangat licin, kita harus ekstra hati-hati dalam melangkah.

Didalam goa terdapat banyak stalaktit dan stalagnit yang terbentuk dari tetesan air diatas goa yang bentuknya seperti candi dan jumlahnya sangat banyak. Mungkin karena itulah goa ini disebut Goa Seribu Candi.

Semakin kedalam goa ini semakin menyempit dan kedalamannyapun tidak terlalu jauh, mungkin hanya sekitar limabelas meter saja.

Goa Seribu Candi


Setelah puas menikmati keindahan dan berfoto di Goa Seribu Candi selanjutnya kami kembali ke penginapan untuk beristirahat dan makan siang, Ojek sewaan akan kembali menjemput kami kurang lebih pukul 15 untuk mengantarkan kami ke objek wisata selanjutnya yaitu Pantai Tanjung Layar.

Untuk makan kita selama di Sawarna, kami memilih memesan di penginapan dengan biaya perorang seratus ribu rupiah untuk tiga kali makan dan kami memesan hanya untuk tiga orang saja dengan menu makan siang dan makan malam berupa nasi putih, ikan bakar/goreng, dua jenis sayuran/tumis, tempe/tahu goreng, sambal dan kerupuk... cukup lengkap. Sedangkan untuk sarapan adalah nasi goreng, Tempe/tahu goreng dan kerupuk.
Menu untuk tiga orang itu sangat cukup untuk kita konsumsi berempat. Mungkin karena DeRiri makannya sedikit.... 😄

Menu Makan Siang di Penginapan

Waktu menunjukan pukul 15.00 WIB. ketika para Ojek datang menjemput kami untuk berangkat menuju objek wisata berikutnya yaitu Pantai Tanjung Layar.

Kondisi Pantai Tanjung Layar saat kami datang lautnya dalam keadaan surut, sehingga para pengunjung dapat berjalan menuju icon Pantai Tanjung Layar ini yaitu dua buah batu besar yang berdampingan berbentuk mirip layar. Akan tetapi kita harus berhati-hati melangkah di pantai ini, karena menurut Bapak Ojek dipantai banyak terdapat Bulu Babi yang sangat beracun yang jika terinjak dan menusuk kaki akan menyebabkan demam minimal tiga hari-tiga malam....

Selain batu yang berbentuk layar, dipantai ini pun jika air laut surut akan terlihat batu karang yang luas dan bentuknya seperti bekas landasan pesawat... sungguh menakjubkan.

Pantai Tanjung Layar



DeRiri bermain Bintang Laut.
  

Setelah puas bermain dan berfoto di Pantai Tanjung Layar kami kembali ke penginapan dan artinya paket sewa ojek pun berakhir....
Di penginapan, kami menghabiskan waktu sore dengan berjalan-jalan di daerah belakang Penginapan yang berupa lahan sawah, dan ternyata di kawasan itu juga masih terdapat beberapa bungalau dan masih dalam pengelolaan Little Hula-Hula.

Belakang Penginapan Little Hula-Hula



Minggu, 27 Maret 2016
Pagi hari sebelum pulang, kami menyempatkan untuk kembali mengeksploitasi pantai didepan penginapan yaitu Pantai Muara, dan kali ini kami menemukan jalan yang benar menuju pantai tersebut, dengan melalui kebun, sawah dan menyebrangi jembatan kayu yang cukup eksotis....

Jalan menuju Pantai Muara



Ternyata di Pantai Muara ini kondisinya sangat lengang... hampir tidak ada pengunjung lain... bibir pantainya sangat panjang, berpasir putih namun ombaknya terlihat cukup besar.

Kami merasa bahwa pantai ini seperti milik kami sendiri... tidak terlihat pengunjung lain... sepi... yang terdengar hanyalah deburan ombak.

Kami bermain dan berfoto sepuas-puasnya.... Selanjutnya saya bersama dengan DeRiri berjalan kearah barat hanya sekedar ingin mengetahui ujung dari pantai tersebut, sedangkan Bunda dan Teteh duduk menikmati hembusan angin dan deburan ombak.

Pantai Muara

Gak mau pegangan tangan... 😓




Ujung Barat dari Pantai Muara ini ternyata adalah Pantai dimana Goa Langir berada... dan setelah mengetahui hal tersebut kami berdua segera kembali menemui Bunda dan Teteh yang sedang duduk menikmati keindahan pantai...

Ekspresi...😊


Setelah puas menikmati keindahan Pantai Muara, kami kembali ke penginapan dan mulai berkemas untuk pulang ke Bandung, kurang lebih pukul 10.30 WIB. kami ceck out dari penginapan dan mulai perjalanan menuju Bandung melalui jalan yang sama saat kami pergi yaitu melewati Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.


Pantai Pelabuhan Ratu dari atas bukit

 
Melepas Rindu Pada Pantai

 



Tags:
Wisata Pantai Sawarna, Pantai Sawarna, Pantai Tanjung Layar, Pantai Muara, Pantai Barubeureum, Pantai Karang Taraje, Pantai Legon Pari, Goa Lalay, Goa Langir, Goa Seribu Candi, Desa Sawarna, Little Hula-Hula, Penginapan di Sawarna,Wisata Keluarga, Jelajah Goa, Wisata Jelajah Goa, Goa di Sawarna.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar