9 November 2013
Agar tidak membuang waktu, keril beserta perlengkapan sy bawa ke kantor... Beruntung hari Sabtu ini tidak banyak yang dikerjakan, jadi sy bisa leluasa untuk menyiapkan keberangkatan.
Kurang lebih jam 14.00 WIB. dengan mengendarai sepeda motor saya mulai berangkat dari kawasan Soekarno-Hatta, kemudian mengambil arah ke Ters. Buahbatu untuk selanjutnya menuju ke Ciparay Kabupaten Bandung. Di Pasar Ciparay tepatnya didepan Mesjid Besar Ciparay saya berbelok ke arah kanan yaitu jalur yang menuju Kecamatan Pacet. Dikarenakan jalan tersebut sedang diperbaiki maka waktu yang ditempuh menjadi lebih lama untuk sampai di Desa Sukarame yaitu titik awal pendakian.
Jam 15.30 saya tiba di Pos Himpala Rakutak yang merupakan Pos pendaftaran bagi pendaki yang hendak melakukan pendakian ke Gunung Rakutak, kemudian setelah membayar seikhlasnya dan menitipkan motor di kediaman Kang Agus (Ranger di Pos Himpala) mulailah perjalanan menuju Gunung Rakutak.
Pendakian
Awal perjalanan saya diantar oleh Kang Agus melewati rumah-rumah penduduk dan daerah pesawahan hingga menemui jalur utama menuju Gunung Rakutak, hal ini dilakukan karena menurut dia banyak sekali pendaki yang tersesat ketika melewati jalur rumah penduduk yang akhirnya akan menyulitkan untuk menemukan jalur utama pendakian.
Setelah menemukan jalur utama pendakian yang ternyata berupa jalan setapak di tengah perkebunan, Kang Agus menerangkan bahwa saya hanya tinggal mengikuti jalur tersebut, dan di perjalananpun sudah dibuat tanda atau petunjuk arah menuju puncak Gunung Rakutak. Kemudian kami berpisah, Kang Agus kembali menuju Pos Himpala dan saya melanjutkan perjalanan...
Cuaca mulai terlihat agak mendung dan waktu menunjukan pukul 15.50 ketika saya mulai memasuki jalur utama pendakian Gunung Rakutak. Jalur awal berupa perkebunan penduduk yang memiliki kemiringan bervariasi antara 10-45 derajat. Ditengah perkebunan ini jalur yang dilalui cukup jelas, walaupun dibeberapa titik kita harus jeli untuk bisa menentukan jalur utama karena terkadang pada jalur yang bercabang jalan setapak tampak terlihat sama dan penunjuk arah yang tadi disampaikan oleh Kang Agus ternyata sangat jarang ditemukan.
Beberapa saat kemudian saya memasuki lahan perkebunan yang berada di samping bukit dan diseberang bukit tersebut terpisah oleh lembah terlihat bukit lainnya, bukit tersebut masih terlihat alami... berbeda dengan bukit yang sedang saya lewati yang sudah berubah menjadi perkebunan, apakah kebun tersebut telah mendapatkan izin atau tidak dari pemerintah setempat... entahlah...
Setelah menempuh perjalanan lebih dari satu jam, saya mulai memasuki lahan yang ditumbuhi ilalang yang tingginya mencapai tinggi orang dewasa dan berjalan di tengah lahan tersebut seperti berjalan di tengah kebun tebu, oleh karenanya lengan baju yang tadi dilipat terpaksa diturunkan karena daun ilalang tersebut cukup tajam dan dapat menyayat kulit.
Setengah jam berikutnya saya mulai memasuki rimbunnya hutan dengan kemiringan tanah mencapai 45 derajat, dan karena waktu sudah menjelang malam suara binatang malam pun mulai terdengar, agak merinding juga mendengarnya, mungkin karena saat itu saya nanjak sendiri. Setelah beberapa saat melangkah suasana mulai gelap, saya pun mengeluarkan headlamp untuk membantu pencahayaan.
Waktu sudah menunjukan jam 18.00 ketika saya tiba di sebuah tanah lapang yang cukup luas, perkiraan saya lahan tersebut bisa untuk menampung sampai 8 tenda dan ternyata diatas pohon ada keterangan bahwa lahan tersebut dinamakan Tegal Alun. Saya beristirahat sambil mendengarkan kumandang Adzan Maghrib. Sempat timbul keraguan apakah perjalanan akan dilanjutkan atau menggelar tenda ditempat ini.... Tapi setelah melihat kondisi sekeliling yang rimbun oleh pepohonan keinginan untuk melanjutkan perjalanan lebih besar, hal ini dikarenakan saya khawatir di hutan tersebut masih banyak binatang liar yang mungkin bisa mengganggu istirahat saya nanti malam, "Setidaknya hewan liar tidak akan sampai ke puncak" itulah yang ada di pikiran saya saat itu.
Perjalanan saya lanjutkan, dengan bantuan headlamp saya kembali melangkah menembus gelapnya hutan. Walaupun perasaan agak merinding karena banyaknya suara binatang malam dan suara kepakan sayap burung yang entah posisinya dimana langkah kaki tetap diayunkan, namun sesekali suara gemeresik pohon disekeliling mampu membuat langkah kaki ini terhenti.
Jalur pendakian semakin menanjak
dan kadang-kadang saya menemukan percabangan jalan, dibutuhkan kejelian kita
untuk mencari tanda yang ditinggalkan pendaki terdahulu untuk menentukan jalur
mana yang harus diambil. Tak lama kemudian lampu kota dikejauhan mulai
terlihat, saya berpikir mungkin ini sudah memasuki daerah puncak karena selain
jalurnya lebih terbuka tiupan angin mulai terasa agak kencang. Tidak lama
berselang saya sampai sampai di Puncak 2 Gunung Rakutak, Alhamdulillah...
bersambung ...
Tags : Jalur pendakian Gunung Rakutak, Gunung Rakutak Bandung Selatan, Puncak Gunung Rakutak, mendaki Gunung.