Senin, 25 November 2013

Pendakian Gunung Rakutak - 1

Gunung Rakutak berada di wilayah Bandung Selatan, tepatnya di Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung. Gunung ini memiliki ketinggian kurang lebih 1921 Mdpl. Pintu utama jalur pendakian untuk menuju Gunung Rakutak yaitu melalui Desa Sukarame Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung.




9 November 2013 

Pendakian Gunung Rakutak ini terhitung tanpa perencanaan yang panjang, karena saya merencanakan berangkat tepat pada hari H yaitu pagi hari tanggal 9 November 2013.
 
Agar tidak membuang waktu, keril beserta perlengkapan sy bawa ke kantor... Beruntung hari Sabtu ini tidak banyak yang dikerjakan, jadi sy bisa leluasa untuk menyiapkan keberangkatan.
 
Kurang lebih jam 14.00 WIB. dengan mengendarai sepeda motor saya mulai berangkat dari kawasan Soekarno-Hatta, kemudian mengambil arah ke Ters. Buahbatu untuk selanjutnya menuju ke Ciparay Kabupaten Bandung. Di Pasar Ciparay tepatnya didepan Mesjid Besar Ciparay saya berbelok ke arah kanan yaitu jalur yang menuju Kecamatan Pacet. Dikarenakan jalan tersebut sedang diperbaiki maka waktu yang ditempuh menjadi lebih lama untuk sampai di Desa Sukarame yaitu titik awal pendakian.

Jam 15.30 saya tiba di Pos Himpala Rakutak yang merupakan Pos pendaftaran bagi pendaki yang hendak melakukan pendakian ke Gunung Rakutak, kemudian setelah membayar seikhlasnya dan menitipkan motor di kediaman Kang Agus (Ranger di Pos Himpala) mulailah perjalanan menuju Gunung Rakutak.



Pendakian

Awal perjalanan saya diantar oleh Kang Agus melewati rumah-rumah penduduk dan daerah pesawahan hingga menemui jalur utama menuju Gunung Rakutak, hal ini dilakukan karena menurut dia banyak sekali pendaki yang tersesat ketika melewati jalur rumah penduduk yang akhirnya akan menyulitkan untuk menemukan jalur utama pendakian.

Setelah menemukan jalur utama pendakian yang ternyata berupa jalan setapak di tengah perkebunan, Kang Agus menerangkan bahwa saya hanya tinggal mengikuti jalur tersebut, dan di perjalananpun sudah dibuat tanda atau petunjuk arah menuju puncak Gunung Rakutak. Kemudian kami berpisah, Kang Agus kembali menuju Pos Himpala dan saya melanjutkan perjalanan...




Cuaca mulai terlihat agak mendung dan waktu menunjukan pukul 15.50 ketika saya mulai memasuki jalur utama pendakian Gunung Rakutak. Jalur awal berupa perkebunan penduduk yang memiliki kemiringan bervariasi antara 10-45 derajat. Ditengah perkebunan ini  jalur yang dilalui cukup jelas, walaupun dibeberapa titik kita harus jeli untuk bisa menentukan jalur utama karena terkadang pada jalur yang bercabang jalan setapak tampak terlihat sama dan penunjuk arah yang tadi disampaikan oleh Kang Agus ternyata sangat jarang ditemukan.

Beberapa saat kemudian saya memasuki lahan perkebunan yang berada di samping bukit dan diseberang bukit tersebut terpisah oleh lembah terlihat bukit lainnya, bukit tersebut masih terlihat alami... berbeda dengan bukit yang sedang saya lewati yang sudah berubah menjadi perkebunan, apakah kebun tersebut telah mendapatkan izin atau tidak dari pemerintah setempat... entahlah...


Setelah menempuh perjalanan lebih dari satu jam, saya mulai memasuki lahan yang ditumbuhi ilalang yang tingginya mencapai tinggi orang dewasa dan berjalan di tengah lahan tersebut seperti berjalan di tengah kebun tebu, oleh karenanya lengan baju yang tadi dilipat terpaksa diturunkan karena daun ilalang tersebut cukup tajam dan dapat menyayat kulit.




Setengah jam berikutnya saya mulai memasuki rimbunnya hutan dengan kemiringan tanah mencapai 45 derajat, dan karena waktu sudah menjelang malam suara binatang malam pun mulai terdengar, agak merinding juga mendengarnya, mungkin karena saat itu saya nanjak sendiri. Setelah beberapa saat melangkah suasana mulai gelap, saya pun mengeluarkan headlamp untuk membantu pencahayaan.

Waktu sudah menunjukan jam 18.00 ketika saya tiba di sebuah tanah lapang yang cukup luas, perkiraan saya lahan tersebut bisa untuk menampung sampai 8 tenda dan ternyata diatas pohon ada keterangan bahwa lahan tersebut dinamakan Tegal Alun. Saya beristirahat sambil mendengarkan kumandang Adzan Maghrib. Sempat timbul keraguan apakah perjalanan akan dilanjutkan atau menggelar tenda ditempat ini.... Tapi setelah melihat kondisi sekeliling yang rimbun oleh pepohonan keinginan untuk melanjutkan perjalanan lebih besar, hal ini dikarenakan saya khawatir di hutan tersebut masih banyak binatang liar yang mungkin bisa mengganggu istirahat saya nanti malam, "Setidaknya hewan liar tidak akan sampai ke puncak" itulah yang ada di pikiran saya saat itu.



Perjalanan saya lanjutkan, dengan bantuan headlamp saya kembali melangkah menembus gelapnya hutan. Walaupun perasaan agak merinding karena banyaknya suara binatang malam dan suara kepakan sayap burung yang entah posisinya dimana langkah kaki tetap diayunkan, namun sesekali suara gemeresik pohon disekeliling mampu membuat langkah kaki ini terhenti. 

Jalur pendakian semakin menanjak dan kadang-kadang saya menemukan percabangan jalan, dibutuhkan kejelian kita untuk mencari tanda yang ditinggalkan pendaki terdahulu untuk menentukan jalur mana yang harus diambil. Tak lama kemudian lampu kota dikejauhan mulai terlihat, saya berpikir mungkin ini sudah memasuki daerah puncak karena selain jalurnya lebih terbuka tiupan angin mulai terasa agak kencang. Tidak lama berselang saya sampai sampai di Puncak 2 Gunung Rakutak, Alhamdulillah...



bersambung ...







Tags : Jalur pendakian Gunung Rakutak, Gunung Rakutak Bandung Selatan, Puncak Gunung Rakutak, mendaki Gunung.

Senin, 21 Oktober 2013

Pendakian Gunung Cikuray

Keinginan untuk mendaki Gunung Cikuray ini muncul setelah membaca kisah para pendaki yang menyebutkan bahwa di Puncak Gunung Cikuray kita akan merasa seperti berada di "Negeri Diatas Awan" .

Sabtu, 19 Oktober 2013
Waktu menunjukan pukul 04.30 WIB. saat saya mulai meluncur dari kawasan Antapani Bandung menuju kediaman Saudara di Jl. Proklamasi - Garut, karena disanalah "Si Merah Mencrang" akan dititipkan.

Setelah tiba di tujuan, tuan rumah menyambut kedatangan dengan banyak pertanyaan mengenai rencana pendakian yang akan saya lakukan..., wajar saja sih karena selama ini mereka belum pernah melihat saya melakukan kegiatan alam semacam ini.

Dengan diantar salah seorang Adik tibalah saya di daerah Cihideung-Cilawu, kemudian dengan menggunakan jasa ojek (ongkos Rp. 40.000,-) berangkatlah saya menuju Perkebunan Dayeuhmanggung dimana terdapat Pos Pemantau Pendaki Gunung Cikuray yang merupakan pos awal pendakian dan ternyata disana sudah ramai oleh para pendaki.


Setelah melakukan pendaftaran dan membayar seikhlasnya, jam 08.10 mulailah perjalanan menuju Puncak Cikuray. Jalur awal yang dilewati berupa perkebunan teh dan memiliki kemiringan kurang lebih 45 derajat, hal ini menyebabkan setibanya di ujung perkebunan banyak pendaki yang langsung kehabisan nafas, sayapun mengalami hal serupa sehingga harus berhenti sebentar untuk menarik nafas panjang.


Kurang lebih jam 08.50 tibalah saya di Pos 1, disana sudah ada rombongan pendaki yg berasal dari Jakarta sedang beristirahat. Setelah menarik nafas dan bertukar informasi seputar trek menuju puncak saya lanjutkan perjalanan hingga tiba di Pos 2 pada jam 09.30, di pos ini saya hanya berhenti sebentar dan langsung melanjutkan perjalanan. Tiba di Pos 3 kurang lebih jam 11.00, saya kembali berhenti untuk menghela nafas yang sudah mulai berat. Perjalanan dilanjutkan, setelah melewati  rombongan dari Jatinangor, Bandung dan Cicalengka serta rombongan Taruna dari Bekasi tibalah saya di Pos 4 pada jam 11.45, di pos ini pun saya berhenti untuk menarik nafas dan melepaskan carrier yang mulai membuat bahu dan pinggang terasa sakit.




Pendakian dilanjutkan, jalur yang menanjak terjal dengan akar dan pohon sebagai pegangan membuat tenaga habis terkuras, ditambah perut yang mulai keroncongan dan kaki yang letih langkah pun mulai melambat. Tiba di Pos 5 pada jam 12.10 saya berhenti untuk istirahat dan mengisi perut dengan cemilan.

Setelah beristirahat kurang lebih 5 menit, perjalanan dilanjutkan hingga tiba di Pos 6 pada jam 12.45. Di pos ini sudah ada rombongan pendaki dari Garut yang sedang istirahat sambil memasak dan ada juga rombongan lain dari Ciamis dan Jatinangor yang melewati saya sewaktu di Pos 5.

Setelah sedikit berbincang dengan rombongan yang sedang beristirahat perjalanan saya lanjutkan, ditengah perjalanan saya menemui jalan yang terlihat seperti buntu... saya agak bingung arah mana yang harus diambil, untungnya rombongan dari Ciamis dan Jatinangor tiba sehingga mereka dapat menunjukkan jalan yang ternyata terhalang oleh pohon tumbang yang cukup besar dan posisinya berada di atas.

Tiba di Pos 7 jam 13.10, setelah berhenti untuk mengambil nafas perjalanan pun dilanjutkan dan Alhamdulillah akhirnya pada jam 13.30 saya tiba di Puncak Gunung Cikuray 2821 Mdpl.

Di Puncak Cikuray sudah berdiri 3 tenda dan setelah berbincang ternyata 2 diantaranya akan mulai dibongkar karena mereka datang pada hari sebelumnya dan akan pulang hari ini. Setelah melihat kondisi sekitar, akhirnya saya putuskan mendirikan tenda di ujung sebelah barat, saya memilih posisi ini dengan harapan tidak menghalangi para pendaki yang akan mengabadikan momen matahari terbit esok hari. (...ternyata keesokan harinya dari subuh hingga pagi turun hujan... :p  )


Waktu menunjukkan jam 17.00 dan kondisi di puncak sudah sangat ramai, setelah saya hitung tenda yang berdiri di puncak Gunung Cikuray ini ada 11 tenda, belum lagi di sekeliling di bawah puncak, banyak sekali tenda berdiri. Benar juga kata Kang Dede (penjaga di Pos Pemantau) bahwa pendaki yang sudah terdaftar sampai pagi tadi sudah mencapai 200 orang lebih....

Pemandangan sore hari dan matahari terbenam di Gunung Cikuray ini sungguh luar biasa.... Subhanallah... baru kali ini saya melihat secara langsung keindahan dan keagungan alam ini.





Kondisi malam harinya sangatlah cerah, bulan yang sedang purnama menambah keindahan malam di Puncak Cikuray ini. Pada jam 21.30 setelah memasak dan menikmati makan malam saya masuk tenda dan beristirahat.

Minggu, 20 Oktober 2013
Pagi hari saya terbangun karena hujan cukup deras, hujan turun hingga kurang lebih jam 07.30 sehingga momen Surise yang ditunggu tidak kami dapatkan.

Setelah memasak dan sarapan, saya berkemas dan mulai turun pada jam 11.00, karena tadi pagi hujan jalur untuk turun menjadi sangat licin, saya pun terjatuh beberapa kali yang mengakibatkan tangan kanan dan kiri luka terkena batu dan ranting pohon.



Akhirnya Jam 15.00 saya tiba di Pemancar dan kembali melapor di Pos Pemantau. Dengan bergabung bersama Rombongan Jakarta, Depok dan Bandung kami menumpang kendaraan bak terbuka menuju Terminal Guntur (ongkos Rp. 35.000,-). Dari sana saya naik angkot menuju Jl. Proklamasi dimana "Si Merah Mencrang" dititipkan. Setelah mandi dan makan saya kembali ke Bandung dan tiba di rumah dengan selamat. Alhamdulillah....






Terima kasih untuk :
- Allah SWT.
- Gunung Cikuray dengan keindahan alamnya yang luar biasa.... "Negeri Diatas Awan".
- Rekan Pendaki dari Itenas Bandung yg memberikan kelebihan airnya.
- Rekan Pendaki dari Fak. Pertanian UNPAD, Ciamis, SMA Cicalengka, Jakarta, Bekasi & lainnya.
- Umi dan Abah di Garut.
- Om Bara yg sudah bersedia mengantar sampai Cihideung. Lain kali kita naik bareng ya... ;)
- Istri dan anak2ku yang selalu mendo'a-kan.

Catatan :
- Jalur Pendakian Gunung Cikuray ini cukup menantang, jadi siapkanlah fisik dan mental.
- Di Gunung tidak ada sumber air (saya membawa 3 lt. rasanya masih kurang).
- Jika hujan turun jalur akan sangat licin, direkomendasikan untuk memakai sepatu boot.
- Jangan merusak hutan dan jangan lupa agar sampah dibawa kembali.

Contak Person di Pos Pemantau : Kang Dede  082120835884